Teratologi Molekuler
Teratologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pengatuh
toksis terhadap formasi perkembangan embrio. Prinsip teratologi
molekular adalah bagaimana zat toksis tersebut bekerja pada molekul DNA,
RNA, dan protein. Berikut adalah bahasan mengenai teratologi molekuler:
Cacat Akibat Gangguan Sintesis DNA dan RNA
Kelainan perkembangan yang diakibatkan adanya gangguan sintesis DNA dan RNA seperti antimikroba dari golongan aktinomisin, akridin, dan agen alkilasi. Agen alkilasi ini yang mengandung gugus etilamin akan bereaksi dengan NH2
yang terdapat pada DNA. Sebagai hasilnya sintesis DNA akan terganggu
dan berdampak pada sintesis mRNA yang membawa kode-kode protein.
Aktinomisin juga dapat mengikat DNA dengan cara adanya interkalasi pada
basa nitrogen guanin dan sitosin membentuk daktinomisin-DNA. Interkalasi
tersebut akan mengganggu proses replikasi DNA dan berdampak pada
gangguan pada transkripksi mRNA. Dampak yang ditimbulkan adanya
teratogen ini adalah cacat lahir, exencephaly, dan spina bifida.
Teratogen lain yakni siklofosfamid yang juga mengganggu sintesis
DNA dan RNA yang akan menyebabkan cacat lahir berupa hipoplasia jari
tangan dan kaki, celah palatum dan bibir sumbing. Logam berat juga dapat
mengganggu proses sintesis DNA dan RNA dengan cara mengganggu
metabolisme asam folat. Asam folat sangat berguna untuk pembentukan asam
amino metionin yang bertindak sebagai kofaktor dalam sintesis DNA dan
RNA. Cacat lahit pada bayi yang sering muncul dalam kasus ini adalah
bibir sumbing, cacat pada tabung saraf, cacat jantung, dan adanya selah
palatum.
Toksisitas Genetik
Toksisitas genetik adalah suatu kajian untuk mengetahui pengaruh
toksikan terhadap substansi genetik seperti gen dan kromosom yang
berkaitan dengan sifat-sifat hereditas. Level toksikologi genetik dalam
perkembangan ilmu genetika menempati hirearki genomik dimana toksikan
akan mempengaruhi kinerja suatu materi hereditas yakni DNA. Jika materi
hereditas terkena toksin mutagen seperti acetilaminoflourine yang dapat
mengubah susunan genetis dari suatu kromosom, maka keturunan yang
dilahirkan akan mengalami kelainan genetik akibat toksikan tersebut.
Inti dari toksisitas genetik adalah pengaruh toksin terhadap sifat-sifat
yang akan diwariskan ke generasi berikutnya dengan objek utamanya
adalah pengaruh toksin tersebut terhadap generasi ke generasi
berikutnya. Contoh untuk mengetahui efek toksisitas genetik yakni dengan
menggunakan Escericia coli, Salmonella, Khamir yang mana toksikan
berpengaruh terhadap struktur DNA seperti kehilangan pasangan basa. Bila
pasangan baru yang hilang dapat direparasi maka kelainan sifat-sifat
genetis dapat sembuh. Bila pasangan basa yang hilang tetap ada maka
kelainan sifat diturunkan apabila terdapat dalam sel gonad.
Toksisitas Molekuler
Toksisitas molekular adalah suatu kajian yang membahasa pengaruh toksin
pada biomolekul seperti DNA, RNA, dan protein pada level transkriptomik
(transkripsi), regulomik (regulasi), dan proteomik (ekspresi). Objek
yang difokuskan pada toksisitas molekular adalah bagaimana pengaruh
toksin terhadap mekasisme transkripsi, regulasi, dan ekspresi suatu
biomolekul (DNA, RNA, dan prtotein) terhadap pola atau interaksinya pada
suatu efek toksisitasnya. Jika toksin yang dikenai pada awal
perkembangan embrio maka toksin tersebut disebut sebagai mutagen atau
teratogen jika toksin yang mengenahi pada tahap perkembangan selanjutnya
maka disebut karsinogen.
Untuk mengetahui efek toksisitas molekular maka dapat dilakukan berbagai
analsis molekular seperti PCR, microarray, analisis isozim dan allozim,
ELISA, dan analisis protein melalui SDS-PAGE. Contohnya adaalah sel
normal bisa berubah menjadi onkogen yang berpotensi menimbulkan kanker
bila terstimulasi oleh xenobion atau mutagen atau onkogen mengalami
mutasi maka terjadilah ekspresi gen (protein) yang menginduksi sel untuk
membelah terus menerus menjadi sel kanker sehingga dapat dengan
analisis molekular dapat teridentifikasi molekul DNA (oligonukleotida)
yang menjadi penyebab mutagenesis tersebut.
Cacat Akibat Gangguan Enzim
Interaksi toksikan dengan enzim dapat menstimulasi cacat ketika toksikan
tersebut menghambat proses kerja enzim yang berperan dalam perkembangan
dan pertumbuhan embrio. Toksikan yang bertindak sebagai hambatan atau
inhibitor tersebut mampu mengganggu proses metabolisme dan dapat
menghentikan jalur metabolisme. Inhibitor enzim tersebut dapat bersifat
irreversibel atau reversibel.
Contoh interaksi toksikan dengan kerja enzim adalah toksis berupa warfarin yang mampu menghambat kerja enzim vitamin K epoxide reductase
(VKOR) yang berfungi untuk mendaur ulang vitamin K. toksikan ini akan
menyebabkan pendarahan pada janin, keguguran, embryopathy, kalsifikasi
pada columna vertebralis dan tulang paha, hidung menyempit, brakhidatil,
dan cacat mata.
Komentar
Posting Komentar