Sekuensing DNA
Sekuensing adalah teknik untuk menentukan urutan basa nukleotida dari
urutan suatu DNA seperti adenin, timin, guanosin, dan sitosin. Teknologi
sekuensing DNA mengalami perkembangan sejak dua dekade lalu hingga saat
ini. Pada awal 1970-an seseorang membutuhkan waktu sekitar satu tahun
hanya untuk menyelesaikan 100 urutan basa DNA. Sebuah perjuangan panjang
untuk mensekuensing urutan DNA pada saat itu. Selanjutnya pada tahun
1976 ditemukan teknik sekuensing DNA yang dikembangkan oleh Allan Maxam
dan Walter Gilbert di Amerika Serikat. Dengan metode yang ditemukan
Maxam-Gilbert ini memungkinkan seseorang dapat mensekuensing ribuan
urutan pasangan basa DNA dalam waktu setahun. Beberapa tahun kemudian
teknik sequencing DNA yang baru kembali diperkenalkan oleh Sanger.
Penghargaan terhadap usaha keras keduanya dianugerahi dengan hadiah
nobel. Penemuan teknik sekuensing DNA yang lebih cepat pada pertengahan
1970-an menjadi landasan terjadinya ledakan jumlah sekuens DNA yang
berhasil diungkapkan pada 1980-an dan 1990-an (Shendure & Ji, 2008).
Sekuensing DNA memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan urutan genom.
Proyek genom manusia adalah contoh terbesar dari sekuensing DNA. Ketika
genom manusia disekuensing kembali pada tahun 2001, banyak kontradiksi
yang bermunculan tapi saat ini kita bisa melihat dampaknya terhadap
penelitian medis dan farmasi. Para ilmuwan sekarang dapat
mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk menyebabkan penyakit
genetik seperti penyakit Alzheimer, distrofi myotonic dan banyak
penyakit lainnya yang disebabkan oleh ketidakmampuan gen untuk berfungsi
dengan baik. Banyak jenis penyakit yang diperoleh seperti kanker juga
dapat dideteksi dengan mengamati gen tertentu. Adapun Manfaat dalam
sequencing DNA adalah sebagai berikut menurut Tautz et al., (2003)
antara lain:
a) Bidang Forensik
Sekuensing DNA telah diterapkan dalam ilmu forensik untuk
mengidentifikasi individu tertentu karena setiap individu memiliki
urutan yang unik pada DNA nya. Hal ini terutama digunakan untuk
mengidentifikasi pelaku criminal dengan mencari beberapa bukti yang
tertinggal pada TKP berupa sampel rambut, kuku, kulit atau darah.
Sekuensing DNA juga digunakan untuk menentukan orang tua dari seorang
anak. Demikian pula, juga mengidentifikasi spesies langka dan
dilindungi. Melalui sequencing DNA juga dapat diketahui identitas dari
korban bencana maupun kecelakaan.
b) Bidang Kedokteran
Dalam penelitian medis, sekuensing DNA dapat digunakan untuk mendeteksi
gen yang terkait dengan beberapa faktor keturunan atau penyakit yang
diperoleh. Para ilmuwan menggunakan teknik yang berbeda dari rekayasa
genetika seperti terapi gen untuk mengidentifikasi gen yang cacat dan
menggantinya dengan yang sehat.
c) Bidang Pertanian
Sekuensing DNA telah memainkan peran penting di bidang pertanian.
Pemetaan dan sekuensing seluruh genom mikroorganisme telah memungkinkan
agriculturist memanfaatkan mereka dalam pengendalian hama/ penyakit
tanaman secara hayati. Pada contoh lain, gen spesifik dari beberapa
tanaman pangan digunakan untuk meningkatkan hasil produktivitas dan
nilai nutrisi tanaman pangan. Demikian pula, telah berguna dalam
produksi ternak dengan peningkatan kualitas daging dan susu.
d) Bidang Taksonomi
Salah satu kegiatan dibidang taksonomi adalah mengklasifikasikan makhluk
hidup kedalam kelompok-kelompok tertentu sehingga dari pengelompokkan
tersebut memudahkan kita untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup
di alam. Pengelompokan makhluk hidup dapat digunakan berbagai
pendekatan. Dunia ilmu pengetahuan saat ini mengenal tiga aliran dalam
mengklasifikasikan mahkluk hidup yaitu aliran fenetik, kladistik, dan
phyologenetik evolusioner.
Pengelompokkan makhluk hidup dengan menggunakan pendekatan fenetik
menemui masalah terkait dengan adanya proses evolusi baik evolusi
konvergen maupun evolusi divergen, sehingga organisme yang secara
morfologi memiliki kemiripan belum tentu memilki hubungan kekekrabatan
yang dekat begitu pula sebaliknya. Penggunaan karakter morfologi sebagai
satu-satunya alat untuk mengelompokkan makhluk hidup sering
menghasilkan taksonomi yang kurang akurat sehingg dibutuhkan karakter
yang tidak mudah berubah walaupun terjadi perubahan habitat. Salah satu
karakter yang tidak mudah berubah tersebut adalah marka molekular yaitu
DNA, RNA dan sequencing asam nukleat.
Salah satu kelebihan dari data sekunse DNA adalah tidak dipengaruhi oleh
penilaian subyektif sifatnya yang digital sehingga siapapun dapat
mengakses informasi tersebut. Sebuah klasifikasi yang baik adalah dapat
menggambarkan hubungan evolusioner yang terjadi pada kelompok taxa yang
diamati. Hubungan evolusoner ini ditunjukkan melalui sebuah pohon
phylogenetik. Pohon phylogenetik dapat direkonstruksi karena adanya data
sequence DNA. Sequences DNA merupakan awal untuk hipotesis dari
hubungan filogenetik, khususnya pada tingkat spesies. Skala besar
perbandingan antara berbagai bagian pohon phylogenetik akan menjelaskan
perbedaan tingkat dan modus evolusi molekuler, pola spesies
diversifikasi, variasi karakter ekologi, dan akan menghasilkan pemahaman
yang lebih dalam tentang keanekaragaman hayati.
Penulis:
Mh. Badrut Tamam, M. Sc.
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com
Komentar
Posting Komentar